Petani Jeruk Mulai Was-was


Petani Jeruk di Dairi Mulai Was-was, Hama Lalat Buah Mulai Menyerang



Guntur Simarmata, seorang petani di Sidikalang, dengan latar belakang tanaman jeruk miliknya.  Petani jeruk di Dairi sejak beberapa waktu belakangan ini mulai was-was akibat serangan hama lalat buah. 


Sidikalang (SIB)
            Petani jeruk di Kabupaten Dairi sejak beberapa bulan terakhir ini mulai dilanda kekhawatiran karena ditemukannya hama penyakit lalat buah. Hama tersebut sebelum ini telah menyerang pertanian jeruk di Tanah Karo dan belum ditemukan cara ampuh mengatasinya.
            Guntur Simarmata, seorang petani jeruk di Sidikalang, Jumat (19/10) mengatakan, serangan lalat buah sudah mulai ditemukan di ladangnya sejak beberapa bulan lalu, meski belum begitu parah.   
            Selain di Sidikalang, menurut pensiunan PNS ini, serangan hama lalat buah juga sudah ditemukan di areal pertanian jeruk di Kecamatan Parbuluan sekitarnya dan beberapa kecamatan lain di Dairi.
            Tanda-tandanya, buah jeruk membusuk dan berwarna kuning pucat, ia matang sebelum waktunya, buah jeruk yang sudah kena serangan hama itu lama-lama akan gugur berjatuhan, jelasnya.
            Seperti kita tahu, kata Simarmata melanjutkan, hama lalat buah cukup menakutkan bagi petani jeruk di Tanah Karo karena buah jeruk yang ‘nartar’ (gugur atau jatuh) bisa mencapai ratusan kilo atau bahkan mencapai satu ton di lahan jeruk petani, mudah-mudahan tidak sampai separah itu di sini.
            Ditanya langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan yang sudah dilakukan petani, ia mengatakan hanya melakukan penyemprotan zat kimia, karena petani rata-rata belum punya pengetahuan memadai untuk mengatasi lalat buah.  “Memang ada kita lihat perbedaannya setelah disemprot, tapi setelah beberapa lama, hamanya selalu saja datang lagi, jadi harus rajin menyemprot jeruk,” tuturnya.
            Pertanian jeruk sejak lima tahun terakhir mulai berkembang di Kabupaten Dairi, seiring dengan mulai redupnya jeruk Tanah Karo akibat serangan hama dan kondisi tanah yang sudah jenuh.  Berbeda dengan Tanah Karo atau Simalungun, tanah di kawasan Kabupaten Dairi dinilai masih subur dan belum jenuh sehingga cocok untuk pengembangan pertanian, termasuk jeruk.  (B4)

Dimuat di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB), Senin, 22 Oktober 2012, halaman 6.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perayaan Natal Lansia PGI Se-Provinsi Riau di HKBP Maranatha Pekanbaru Penuh Sukacita

BPP Mamre GBKP Puji Pengurus Klasis Riau-Sumbar yang Teratur Gelar RPL