Keberangkatan Anggota DPRD Dairi ke Solo dan Sleman untuk Kunjungan Kerja Disayangkan
Sidikalang (SIB)
Masyarakat
Kabupaten Dairi menyayangkan keberangkatan 28 dari 30 anggota DPRD ke Solo
Provinsi Jawa Tengah dan Sleman Provinsi DI Yogyakarta untuk kegiatan kunjungan
kerja. Kunjungan itu dinilai ironis
karena situasi Dairi belum lagi sepenuhnya normal setelah Pilkada 10 Oktober, yang
dibuktikan dengan masih disegelnya kantor DPRD oleh rakyat. Semakin ironis lagi karena banyak anggota
DPRD sendiri yang selama ini mengabaikan tugasnya dengan tidak mau menghadiri
rapat-rapat pembahasan dan pengesahan anggaran.
Demikian
kesimpulan dari pendapat tokoh masyarakat Beria T Pakpahan, mantan anggota DPRD
Dairi Benari Butar-butar dan Ketua Lembaga Investigasi Penyelamatan Asset
Negara RI Dairi Kamiluddin Maha BBA yang ditanya wartawan secara terpisah, Rabu
(23/10) di Sidikalang.
Sejumlah 28
dari 30 anggota DPRD Dairi berangkat Selasa (22/10) dan Rabu (23/10),
direncanakan kembali pada akhir pekan ini.
Namun tidak diketahui secara jelas apa agenda kunjungan tersebut
sehingga tidak ada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab
Dairi yang mendampingi mereka. (SIB,
Rabu 23/10, hal 6).
Butar-butar
mengatakan, keberangkatan anggota dewan ke luar provinsi sebetulnya menunjukkan
kemunafikan mereka sendiri. “Ini suatu
bentuk kemunafikan, mereka hanya mementingkan diri sendiri, bukan kepentingan rakyat. Kunjungan itu juga janggal karena banyak
anggota dewan menolak menetapkan APBD Tahun Anggaran 2013, menolak menetapkan
APBD Perubahan TA 2013, bahkan menggugat ke PTUN penetapan APBD 2013, tapi
ketika giliran jalan-jalan, mereka yang paling rajin. Padahal APBD itu menyangkut hakat rakyat
banyak sehingga tidak disahkannya APBD atau PAPBD akan menyebabkan tersendatnya
pembangunan,” paparnya.
Menurut BT
Pakpahan, saat ini ada kecenderungan anggota dewan sudah bertindak sesukanya
saja seperti tidak ada lagi aturan.
“Tugas DPRD itu ialah menetapkan APBD, tapi mereka mengabaikannya. Kalaupun misalnya mereka menolak anggaran,
kan seharusnya dinyatakan dalam persidangan, bukan malah tidak mau menghadiri
persidangan. Dalam kondisi seperti itu,
anggota DPRD study banding padahal jelas-jelas selama inipun tidak ada manfaatnya. Ini sebenarnya memang cukup memprihatinkan,” ujarnya.
Pakpahan berpendapat,
sudah saatnya masyarakat Dairi kritis dan jeli dalam memilih wakil-wakilnya
dalam Pemilu April 2014 nanti. Dengan
demikian, masyarakat tidak harus selalu kecewa dengan kinerja wakil rakyat.
Sementara
Maha menyayangkan keberangkatan anggota dewan itu. “Kondisi Dairi belum lagi normal, kantor DPRD
juga masih disegel rakyat dan rusak karena dilempari batu, tapi anggota dewan
berangkat study banding yang nyata-nyata hasilnya tidak pernah jelas. Ini makin parah lagi karena mereka selama ini
menolak menetapkan APBD dan PAPBD, tapi ketika giliran jalan-jalan bertamengkan
study banding, mereka paling antusias.
Ini merupakan langkah mundur,” jelasnya dan menambahkan, berdasarkan
investigasinya diketahui dana masing-masing anggota dewan untuk kunker itu Rp
13 juta, bukan Rp 8 juta.
Lebih lanjut
Butar-butar, Pakpahan dan Maha mengatakan, memang benar kunjungan kerja
merupakan hak anggota dewan, tapi itu harus dilakukan secara berimbang dan
tidak membuat kecewa masyarakat karena mengabaikan kewajibannya.
Ketua DPRD
Dairi Delphi Ujung yang hendak dikonfirmasi, kemarin sore, tidak berhasil. HPnya tidak aktif. Sementara Sekretaris DPRD Dairi Wesly
Manullang mengatakan anggota dewan berangkat dalam dua tim yakni 13 orang yang
tergabung dalam komisi C dan 15 orang yang tergabung dalam komisi A dan B. Mereka didampingi sejumlah staf DPRD, namun
tidak ada dari SKPD karena agenda kunker juga tidak diketahui secara jelas.
(B4)
Komentar
Posting Komentar