AKTING SIDAK
Sebagai seorang warga yang sudah cukup banyak makan asam garam kehidupan, Pak Longki tahu benar untuk mengurus sesuatu di kantor Kelurahan harus menyediakan sejumlah uang. Untuk mengurus KTP, Kartu Keluarga, surat keterangan ini itu dan semacamnya, terpaksa pakai uang. Tak ada yang gratis.
Suatu hari, Pak Longki hendak mengurus surat keterangan dari Lurah sebagai persyaratan agar anaknya yang masih kuliah bisa memperoleh beasiswa dari pemerintah. Begitu tiba di kantor Kelurahan, Pak Longki heran karena suasana sangat ramai. Terlihat juga banyak wartawan di sana. Ternyata, kebetulan, pagi itu pak Menteri didampingi Gubernur dan Walikota tengah mengadakan sidak ke kantor Kelurahan.
Pak Longki kaget, begitu masuk dia langsung disambut dengan ramah oleh petugas Kelurahan, dipersilakan duduk kemudian ditanya urusan apa.
“Saya cuma mau minta surat keterangan domisili biar anak saya bisa dapat beasiswa di kuliahnya,” jawab Pak Longki.
“Oh mudah, pak. Bapak tinggal mengisi formulir ini, teken di sini dan silahkan bapak tunggu sebentar.”
Pak Menteri manggut-manggut menyaksikan percakapan abdi masyarakat dengan warga itu.
Ajaib! Tidak sampai 10 menit, surat yang diminta sudah selesai, bahkan lengkap dengan map dari Kelurahan. Begitu menerima berkas, Pak Longki bertanya, “Berapa biayanya, dek?”
Si petugas tersenyum dan menggelengkan kepala. “Oh tidak perlu, pak, tidak ada biaya apa-apa. Ini kan memang sudah tugas kami.” Pak Longki menghaturkan banyak terima kasih lalu bergegas.
Pak Menteri, Gubernur dan Walikota bertepuk tangan sambil mendekati Pak Longki. “Tunggu dulu, pak. Bagaimana, apa bapak puas dengan pelayanan pegawai di sini?” tanya Pak Menteri setelah menyalami Pak Longki dan memperkenalkan dirinya. Yang ditanya cuma bisa menjawab, “Puas, puas” sembari kikuk karena banyaknya kamera tv dan kilatan blitz ke wajahnya.
Kira-kira dua jam kemudian, setelah sampai di rumah, Pak Longki terkejut. Pak Ali, yang ia kenal sebagai pegawai bagian kasir di Kelurahan, datang menemuinya.
“Pak Longki, biaya ngurus surat keterangan tadi semuanya Rp 50 ribu,” katanya.
“Lho, bapak ini gimana. Tadi kan katanya nggak bayar, tidak pakai biaya?”
“Pak, saya kasih tahu ya, semuanya itu tadi kan cuma akting. Dimana-mana kalau lagi sidak itu ya kita-kita harus berpura-pura. Akting, pak!”
Akhir cerita, Pak Longki cuma bisa melongo lalu menyerahkan 1 lembar uang sepuluhribuan, 4 lembar limaribuan dan 20 lembar uang seribuan.
(ini satu dari beberapa naskah yang saya kirim ke lomba humor & anekdot anti korupsi 2007 yang digelar transparency internatonal Indonesia kantor daerah sumatera utara, hasilnya ketika itu saya menyabet juara I dan II sekaligus, hehehe)
Komentar
Posting Komentar