Karya Kasih Remaja Klasis Riau-Sumbar di Sei Medang Luar Biasa
Karya Kasih Remaja GBKP Klasis Riau-Sumbar 2016 berlangsung luar biasa selama
tiga hari pelaksanaannya di kompleks gereja GBKP Sei Medang Desa Bukit Kesuma
Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, Jumat 1 Juli
sampai Senin 4 Juli kemarin. Mengambil tema "Remaja jadi aron
Dibata" dan subtema "Karya kasih njadiken remaja mejingkat erdahin
selaku aron Dibata", karya kasih tersebut berintikan kegiatan berupa aksi
renovasi/pengecatan gedung gereja dan gedung KAKR Runggun Sei Medang, malam budaya
dan Kerja Tahun Karya Kasih Remaja GBKP, dan ceramah tentang etika pacaran
remaja Kristen.
Hadir dan mengikuti kegiatan, Ketua Klasis GBKP Riau-Sumbar Pdt Jefry Alexander
Peranginangin STh didampingi nora, Ketua Kategorial KAKR Klasis Riau-Sumbar Pt
Eliakim Sitepu bersama para pengurus termasuk Pdt Immanuel EU Ginting STh, Pdt
Repita Sembiring STh, Herry Surbakti, Ketua Panitia Pdt Perbeliten Tarigan STh,
Pdt Japri Tarigan Tua STh selaku Pendeta Runggun Sei Medang (tuan rumah), Ketua
Runggun Sei Medang Pt Yahya Ginting bersama para pengurus lainnya, para panitia
seperti Pt Javerson Ginting, RIcky Purba, Vic Yosepri Bangun SSi (Teol), Gelora
Kaban, Ade Maria br Tarigan, Irana br Tarigan, Em Suriani br Karo, Shaebo
Sinulingga, Ria Agusta Tarigan, Andre Pinem, Vic Herry K Tekang STh, Erwin
Prananta Bangun, Mamre dan Moria Runggun Sei Medang, para guru sekolah minggu
dan pembimbing anak dan remaja dari berbagai runggun serta undangan lainnya.
Sejumlah panitia memang tidak bisa ikut karena ada tugas yang tidak bisa
ditinggalkan, seperti Meirina Sawita br Sembiring, Pt Chandara A Peranginangin,
Vic Norida br Sinuhaji STh.
Karya kasih diawali dengan kebaktian pembuka pada Jumat malam yang berlangsung
dalam suasana khidmat di halaman gereja Runggun Sei Medang yang cukup luas.
Firman Tuhan disampaikan Pdt Japri Tarigan. Usai kebaktian, dilaksanakan
acara pembukaan yang diisi dengan penyampaian kata-kata sambutan dan
harapan-harapan. Malam itu, Ketua Klasis Riau-Sumbar kemudian secara resmi
membuka kegiatan. Sekitar pukul 22.00 WIB, acara pembukaan berakhir, para
peserta pulang ke tempat tinggalnya masing-masing, yaitu di rumah-rumah warga
(jemaat GBKP Sei Medang). Sebelumnya seluruh peserta memang telah dibagi
dalam 14 kelompok kecil (satu kelompok terdiri dari 6-8 orang) dan selama
kegiatan mereka tinggal di rumah-rumah jemaat. Jemaat tempat mereka
tinggal itu telah diangkat sebagai orangtua mereka. Sebagaimana
ditetapkan dalam jadwal, setiap kelompok bersama orang tuanya melaksanakan ibadah
pagi dan malam secara rutin. Sementara itu, para panitia selama Karya
Kasih itu tidur di tenda acara ada juga yang di dua tenda besar TNI AD yang
dipinjam panitia.
Pada hari kedua para peserta yang berasal dari 13 runggun itu mulai membersihkan
dan mengecat gereja serta gedung KAKR. Seluruh anak dan remaja dibantu
para guru dan pembimbing tampak antusias dan penuh semangat mengecat dua
bangunan terpisah itu (gedung KAKR terletak di sebelah gereja). Tak mau
hanya diam menonton, para panitia dan juga bapak-bapak dari Mamre Sei Medang
juga kemudian turun tangan ikut membantu mengecat. Tak ketinggalan pula
tentunya para pendeta ikut mengambil kuas dan cat. Suasana begitu ceria
meski tugas itu sebenarnya tidak ringan, apalagi di tengah cuaca panas yang
menyengat. Tak ada yang mengeluh, apalagi bersungut-sungut. Begitulah
jika suatu pekerjaan dilaksanakan dengan sukacita. Sebagaimana direncanakan,
pekerjaan akhirnya selesai dengan hasil yang luar biasa bagus pada keesokan
harinya. Bangunan gereja kini tampak lebih segar dan indah dipandang
mata. Apalagi gedung KAKR. Begitu jauh berbeda dengan sebelum
dicat. Gedung itu dicat dengan warna-warna cerah khas anak dan
remaja. Luar biasa! Di salah satu sisi dinding gedung KAKR juga dibuat
“hiasan tanda” berupa bekas telapak tangan para peserta.
Pada Sabtu malam, para peserta mendengarkan pemaparan tentang pergaulan remaja
dalam konteks Kristen yang dibawakan Risma br Sitompul. Dalam kesempatan
itu, Risma secara menarik tapi tetap serius menjelaskan dengan jelas dan detail
tentang seksualitas, remaja dan juga ajaran Kristen. Para remaja diingatkan
untuk tetap menjaga etika dalam bergaul.
KERJA TAHUN KARYA KASIH
Minggu malam keesokan harinya, dilaksanakan acara budaya berupa kerja tahun
karya kasih yang turut diisi dengan gendang guro-guro aron. Acara
berlangsung meriah dihadiri sekitar 500 orang. Tidak hanya para peserta
dan panitia, dalam kesempatan itu hadir seluruh warga jemaat GBKP Sei Medang,
bahkan para orang tua peserta dari luar kota juga tidak sedikit yang datang,
demikian juga para tamu undangan yang memang khusus datang pada Minggu malam
itu, termasuk dari Runggun Kerinci dan sekitarnya. Banyak hadirin yang
kagum karena pada malam itu para peserta karya kasih yang turun tangna langsung
"ngelai" (melayani) para undangan. Mereka membentuk barisan dan
kemudian beraksi sebagaimana biasanya ngelai di jambur. Puncak kemeriahan
berlangsung setelah makan malam bersama, yaitu pada acara landek. Para peserta
(baik laki-laki maupun perempun) dibagi menurut marga dan berunya. Secara
bergantian masing-masing marga tampil menari dan menyanyi lagu-lagu Karo
diiringi pemain kibord andalan, Gelora Kaban. Ada peserta yang sudah
pandai menari, tapi ada juga yang masih kikuk karena masih belajar.
Kemudian ada pula acara menari untuk panitia, juga untuk runggun Sei Medang,
juga untuk tamu undangan. Acara berlangsung dengan sangat meriah dan
sukses. Luar biasa.
Pdt Jefry seusai membawa Firman Tuhan pada acara penutupan mengaku terkesan dan
puas karena acara berlangsung sukses. "Kita tidak ada seorang pun
yang sakit padahal cuaca begitu panas dan kita juga kurang tidur. Ini
luar biasa. Agenda tugas kita juga dapat kita selesaikan dengan baik semua,"
katanya sambil mengucapkan terima kasih kepada seluruh jemaat Runggun Sei
Medang yang telah bekerja keras membantu menyukseskan acara itu.
Pt Eliakim juga mangatakan salut atas kerja seluruh panitia dan semangat
seluruh peserta sehingga acara bisa berlangsung dengan sukses.
"Bahkan kami melihat orang tua tempat para peserta tinggal sampai
meneteskan air mata haru saat acara perpisahan. Itulah gambaran betapa acara
ini telah memberi kedekatan antara jemaat dengan para peserta. Kita berharap
acara serupa di waktu yang akan datang tentunya bisa tetap sukses,"
katanya. Sementara Pt Yahya mengaku terharu karena dalam kondisi
keterbatasan di Sei Medang, ternyata acara bisa berlangsung sukses. Ia
juga berterima kasih karena dalam karya kasih itu juga telah dilaksanakan
pengobatan gratis oleh Runggun Bukit Raya untuk seluruh warga.
Sejumlah peserta saat ditanya kesan dan pesannya mengaku sangat senang
mengikuti karya kasih kali ini. "Kami diajari mandiri, tinggal di
rumah orang tua baru, yang sebelumnya tidak kami kenal. Kami diajari agar
tahu adat-istiadat Karo, bisa memasak, dan bergabung dengan teman-teman
baru. Kami juga diajari tidak sombong, tapi rendah hati,” kata seorang
peserta. “Di rumah tempat kami tinggal, kami yang memasak. Kadang
masakannya terlalu asin, tapi kami semua ketawa-ketawa saja karena kami memang
lagi belajar memasak. Setelah dari sini kami mau jadi pintar
memasak," kata temannya menambahkan.
Di penghujung acara diserahkan hadiah-hadiah untuk pemenang lomba karya tulis,
yel-yel terbaik, kelompok terbersih dan lomba lainnya. Juga diserahkan
kenang-kenangan dari para peserta kepada masing-masing orang tua tempatnya
tinggal selama karya kasih.
Komentar
Posting Komentar